
Belajar Bijak Dari Sam merupakan karangan dari seorang kakek
dari cucu yang memiliki keterbelakangan mental. Sam adalah anak yang special.
Dia terlahir berbeda dari teman-temannya. Dan Daniel menemukan keunikan
tersendiri dari dalam diri Sam yang membuatnya banyak belajar tentang kehidupan
dari anak kecil tersebut. Setelah mengalami kecelakaan dan membuat kakinya
lumpuh, Daniel semakin menyadari pentingnya kesabaran, penerimaan, rasa syukur
dan harapan. Hal itulah yang ingin diajarkannya pada cucunya Sam. Tapi dalam
prosesnya, Daniel menyadari bahwa justru dia lah yang mendapatkan pelajaran
tentang nilai-nilai universal tersebut dari Sam.
Sam mengajarkan Daniel dan saya tentang berkata jujur. Ada
satu bagian di dalam buku, di bab pertama yang menceritakan tentang kejujuran
Sam. Karena keterbatasan mentalnya, Sam merasa orang-orang yang memecah
konsentrasinya sebagai pengganggu yang akan sulit dimaafkannya. Suatu ketika,
saat Sam yang senang menggambar meminta ibunya mengambilkan warna turquoise dari krayon-krayonnya tapi
saat dia hendak menggoreskan krayon yang diambilkan ibunya, mendadak tangannya
membeku karena ternyata krayon yang diambilkan ibunya adalah krayon yang
berwarna biru muda. Saat itu Sam langsung menuduh ibunya tidak berkonsentrasi.
Dan saat ibunya bertanya apakah dia mau memaafkannya? Sam menjawab, “Sedikit.”
Melalui hal sepele ini, Sam mengajarkan kita arti konsisten. Dia tidak suka,
maka dia akan mengatakannya dengan gamblang. Dan ketika orang yang
mengganggunya meminta maaf sata dia masih belum bisa melupakannya, maka dia akan
mengatakan dengan jujur bahwa dia baru sedikit memaafkannya.
Dibab lain, tentang kisah Sam yang paling melekat dikepala
saya adalah tentang percakapannya dengan kakeknya si Daniel Gottlieb. Saat itu
Daniel melemparkan pertanyaan kepada Sam mengenai perbedaan Sam dengan yang
lain.
“sam, apakah kau merasa sama seperti anak-anak lain? Atau berbeda?”
Lalu saat itu, Sam berfikir sejenak sebelum dia menjawab. “berbeda.”
Daniel kembali bertanya, “menurutmu apa yang membuatmu
berbeda dari anak-anak lain?”
Sam kembali menjawab, “aku lebih baik hati.”
Saat itu, Daniel menguraikan tentang jawaban Sam. Dia
kembali mengingat-ingat kebersamaannya bersama Sam, dan dia setuju untuk
jawaban Sam yang satu itu. Daniel ingat, ketika dia bermain basket bersama Sam.
Sam melempar bola sementara Daniel berusaha menangkapnya. Kadang Daniel
menangkapnya tapi kadang bolanya lolos dari tangannya. Tapi entah dia menangkap
bolanya atau tidak, Sam akan selalu memujinya. “tangkapan yang hebat” atau “usaha yang bagus.” Ya Sam memang benar,
dia berbeda karena dia lebih baik dari anak-anak yang lain. Sam mengajarkan
untuk selalu menghargai apapun usah ayang sudah dilakukan orang lain.
Selain kisah tentang Sam, kisah tentang Daniel si kakek juga
mengajarkan banyak hal untuk saya. Tentang keikhlasannya merelakan kakinya
akibat kecelakaan yang dialaminya. Atau tentang dia yang merelakan pekerjaannya
sebagai seorang penulis kolom. Tentang makna bahagia menurut seorang Daniel
yang saya setujui. Mungkin karena saya mengalami nasib yang sama dengannya.
Disalah satu bab, Daniel bercerita tentang betapa dilemanya
dia saat memutuskan akan melepaskan pekerjaannya sebagai seorang penulis kolom.
Tentunya akan banyak pertimbangan-pertimbangan ketika kita akan melepaskan
sesuatu yang telah begitu melekat dengan diri kita. Dan tentu saja ada beberapa
pertanyaan yang ikut-ikutan mencuat dikepala kita. Apakah tindakan kita sudah
benar? apakah kita bodoh dengan meninggalkan pekerjaan yang sudah melekat
dengan kita? yang sudah membuat kita jauh lebih baik. Apakah kita akan menjadi
lebih baik setelah ini? Lalu, Daniel menyadari satu hal, bahwa setelah dia
melepaskan apa yang telah melekat dengannya, sesuatu yang tak terduga akan
mengisi tempatnya. Dia menyadari bahwa dia akan semakin mempnyai banyak
kesempatan dalam hidupnya. Memiliki
waktu lebih banyak bersama orang-orang tircinta, mengamati musim berganti,
menghirup aroma rumput, mendengarkan suara lautan dan tentu saja suara
cucunya. Daniel menyadarkan saya bahwa bahagia bukan melulu melalui materi. Bahagia adalah waktu. Bahagia adalah kesempatan.
Ada satu kalimat yang sangat saya sukai dari Daniel Gottlieb,
Ada satu kalimat yang sangat saya sukai dari Daniel Gottlieb,
“kualitas hidup kitabukanlah tentang apa yang kita punya atau apa yang sudah kita raih; itu adalah tentang apa yang telah kita ikhlaskan.”
Bahwa tentang hidup, kita tidak perlu takut akan masa depan.
Semua sudah ada yang mengatur. Kita hanya perlu menjalani, menikmati dan tentu
saja terus berusaha.
Rasa-rasanya ada banyak hal yang ingin saya share disini
tentang buku ini, tapi setelah saya pikir-pikir lagi, mungkin kalian lebih baik
membelinya dan membaca seluruh isinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar